Legenda penguasa laut selatan, Kanjeng Ratu Kidul hidup di tengah masyarakat. Meski berada di alam tidak nyata, Kanjeng Ratu Kidul –sebagian mengatakan Nyi Roro Kidul- memiliki kedekatannya dengan Panembahan Senopati, pendiri Kerajaan Mataram Islam (1587-1601).
Ada harmoni edukasi dalam kisah cerita antara alam nyata dan goib ditengah masyarakat. Menurut cerita, Kangjeng Ratu Kidul sangat terpikat dengan Panembahan Senopati yang mampu menembus dimensi alam gaib.
Meski Ratu Kidul berkuasa dan digdaya, namun kewibawaanya terkalahkan oleh Panembahan Senopati yang bertahta selama 13 tahun lamanya.
Bahkan, Ratu Kidul meminta agar Panembahan Senopati meninggalkan Kerajaan Mataram Islam, dan akan diganti Kerajaan di Laut Selatan yang kekal abadi. Sayangnya, permintaan Ratu Kidul ditolak dengan halus oleh Panembahan Senopati.
“Kami manusia berasal dari tanah, nanti setelah tiada akan kembali ke tanah. Tidak pantas kami merubah wujud menjadi makluk yang abadi,” kata Panembahan Senopati kepada Ratu Kidul dalam cerita yang disampaikan Tumenggung Pujo Dipuro (52), salah satu juru kunci makam raja-raja Mataram di Kotagede, Yogyakarta, Sabtu (15/3/2014).
Dalam waktu tertentu, Ratu Kidul melakukan pertemuan dengan Panembahan Senopati. Suatu saat di tengah bulan purnama, Kanjeng Ratu Kidul memberi sebuah telur sejagat untuk Penembahan Senopati.
Setelah dihadiah, Panembahan Senopati meminta pendapat kepada Ki Ageng Juru Mertani (penasehat). Ki Ageng Juru Mertani meminta Panembahan Senopati untuk tidak memakan telur sejagat tersebut.
“‘kalau kamu menerima atau memakan itu nanti akan hilang raganya, artinya kita kalah dengan itu (makluk sebangsa jin), makanya engak dimakan,” kata Slamet Parjono, nama asli Tumenggung Pujo Dipuro menirukan ucapan Juru Mertani.
Karena penasaran dengan apa yang disampaikan Juru Mertani, telur sejagat pemberian Ratu Kidul itu diberikan kepada abdi dalem. Menerima pemberian Kanjeng Ratu Kidul melalui Panembahan Senopati, abdi dalem sangat gembira.
Dia memakan telur sejagat tersebut. Tak lama kemudian, raga dari abdi dalem tersebut musnah, hilang tanpa jejak.
“Telur sejagat itu artinya apa? manusia itu jangan mengusai harta benda dan serakah. Karena kalau kita sudah serakah akan hilang, di tengah masyarakat sudah engak dipercaya. Hilang kepercayaan, hilang kewibaannya, hilang segala-galanya,” jelas bapak dua anak itu.
Dia melihat ada unsur pendidikan dalam cerita pemberian telur, yakni tidak boleh tamah dan serakah saat menjadi pemimpin. Gambaran itu sudah dilakukan Panembahan Senopati sejak memimpin tanah Mataram.
Siapa Panembahan Senopati? Nama kecilnya Danang Sutowijoyo, putra Ki Ageng Pemanahan, keturunan Prabu Brawijawa, Raja Majapahit terakhir. Sedangkan ibunya Nyai Sabinah, kurunan Walisonggo dari Sunan Giri.
Sutowijoyo juga merupakan anak angkat dari Sultan Hadiwijoyo, pemegang tahta Kerajaan Pajang. Nama kecil Hadiwijoyo adalah Mas Karebet atau Joko Tingkir. Saat Sultan Hadiwijoyo bertahta, dia punya musuh atau pemberontak yang bernama Aryo Penangsang.
Karena memiliki musuh, Sultan Hadiwijoyo mengadakan sayambara.
“Bagi siapa saja yang mampu membunuh Aryo Penangsang, akan diberi hadiah Alas Mentaok -Kotagede Yogyakarta-. Salah satu dari Punggawa Pajang, Ki Ageng Pemanahan menyanggupinya,” kata Slamet.
“Ki Ageng Pemanahan mengajak putranya, Danang Sutowijoyo menumpas pemberontak Aryo Penangsang dan diberi hadiah Bumi Mentaok yang akhirnya menjadi pedukuhan Mataram. Lama kelamaan menjadi kabupaten, dan akhirnya setelah runtuhnya Kerajaan Pajang, berdirilah sebuah kerajaan Mataram Islam yang bertahta Panembahan Senopati,”
Ada harmoni edukasi dalam kisah cerita antara alam nyata dan goib ditengah masyarakat. Menurut cerita, Kangjeng Ratu Kidul sangat terpikat dengan Panembahan Senopati yang mampu menembus dimensi alam gaib.
Meski Ratu Kidul berkuasa dan digdaya, namun kewibawaanya terkalahkan oleh Panembahan Senopati yang bertahta selama 13 tahun lamanya.
Bahkan, Ratu Kidul meminta agar Panembahan Senopati meninggalkan Kerajaan Mataram Islam, dan akan diganti Kerajaan di Laut Selatan yang kekal abadi. Sayangnya, permintaan Ratu Kidul ditolak dengan halus oleh Panembahan Senopati.
“Kami manusia berasal dari tanah, nanti setelah tiada akan kembali ke tanah. Tidak pantas kami merubah wujud menjadi makluk yang abadi,” kata Panembahan Senopati kepada Ratu Kidul dalam cerita yang disampaikan Tumenggung Pujo Dipuro (52), salah satu juru kunci makam raja-raja Mataram di Kotagede, Yogyakarta, Sabtu (15/3/2014).
Dalam waktu tertentu, Ratu Kidul melakukan pertemuan dengan Panembahan Senopati. Suatu saat di tengah bulan purnama, Kanjeng Ratu Kidul memberi sebuah telur sejagat untuk Penembahan Senopati.
Setelah dihadiah, Panembahan Senopati meminta pendapat kepada Ki Ageng Juru Mertani (penasehat). Ki Ageng Juru Mertani meminta Panembahan Senopati untuk tidak memakan telur sejagat tersebut.
“‘kalau kamu menerima atau memakan itu nanti akan hilang raganya, artinya kita kalah dengan itu (makluk sebangsa jin), makanya engak dimakan,” kata Slamet Parjono, nama asli Tumenggung Pujo Dipuro menirukan ucapan Juru Mertani.
Karena penasaran dengan apa yang disampaikan Juru Mertani, telur sejagat pemberian Ratu Kidul itu diberikan kepada abdi dalem. Menerima pemberian Kanjeng Ratu Kidul melalui Panembahan Senopati, abdi dalem sangat gembira.
Dia memakan telur sejagat tersebut. Tak lama kemudian, raga dari abdi dalem tersebut musnah, hilang tanpa jejak.
“Telur sejagat itu artinya apa? manusia itu jangan mengusai harta benda dan serakah. Karena kalau kita sudah serakah akan hilang, di tengah masyarakat sudah engak dipercaya. Hilang kepercayaan, hilang kewibaannya, hilang segala-galanya,” jelas bapak dua anak itu.
Dia melihat ada unsur pendidikan dalam cerita pemberian telur, yakni tidak boleh tamah dan serakah saat menjadi pemimpin. Gambaran itu sudah dilakukan Panembahan Senopati sejak memimpin tanah Mataram.
Siapa Panembahan Senopati? Nama kecilnya Danang Sutowijoyo, putra Ki Ageng Pemanahan, keturunan Prabu Brawijawa, Raja Majapahit terakhir. Sedangkan ibunya Nyai Sabinah, kurunan Walisonggo dari Sunan Giri.
Sutowijoyo juga merupakan anak angkat dari Sultan Hadiwijoyo, pemegang tahta Kerajaan Pajang. Nama kecil Hadiwijoyo adalah Mas Karebet atau Joko Tingkir. Saat Sultan Hadiwijoyo bertahta, dia punya musuh atau pemberontak yang bernama Aryo Penangsang.
Karena memiliki musuh, Sultan Hadiwijoyo mengadakan sayambara.
“Bagi siapa saja yang mampu membunuh Aryo Penangsang, akan diberi hadiah Alas Mentaok -Kotagede Yogyakarta-. Salah satu dari Punggawa Pajang, Ki Ageng Pemanahan menyanggupinya,” kata Slamet.
“Ki Ageng Pemanahan mengajak putranya, Danang Sutowijoyo menumpas pemberontak Aryo Penangsang dan diberi hadiah Bumi Mentaok yang akhirnya menjadi pedukuhan Mataram. Lama kelamaan menjadi kabupaten, dan akhirnya setelah runtuhnya Kerajaan Pajang, berdirilah sebuah kerajaan Mataram Islam yang bertahta Panembahan Senopati,”
0 komentar:
Posting Komentar