Ratu Adil secara sederhana diartikan sebagai seorang “Ratu” atau “Raja”dan pemimpin yang menjadi pemegang kekuasaan serta melaksanakan kekuasaannya secara adil. Namun, dalam perkembangannya pemahaman arti Ratu Adil tidak sederhana dalam kenyataannya, berbagai tradisi manusia ternyata tidak cukup seseorang yang disebut Ratu Adil merupakan “Ratu” atau “Raja” , tetapi lebih dari itu sebutan Ratu Adil hendaknya memiliki kekuatan moral, spiritual, serta supranatural. Ratu Adil merupakan manusia terpilih yang memiliki hubungan khusus dengan Tuhan, sehingga sosok Ratu Adil sering dibayangkan sebagai sosok yang taat ibadah memiliki sifat bijaksana, cakap, sabar dan ikhlas tidak mempunyai orientasi kepentingan keduniawian dan mampu membawa rakyat keluar dari malapetaka yang melanda negerinya[1]

Adanya berbagai ciri mengenai Ratu Adil tidak mudah menunjuk sebuah sosok manusia untuk dijadikan dan dianggap sebagai Ratu Adil, sehingga muncul dugaan serta anggapan terhadap berbagai macam sosok manusia yang diklaim sebagai Ratu Adil oleh golongan tertentu, apabila yang bersangkutan merupakan sosok yang memiliki kharisma tinggi. Gerakan Ratu Adil yang muncul dalam sejarah diterangkan Sartono Kartodirdjo sebagai gerakan keagamaan dengan menunjukkan beberapa istilah mengenai gerakan Ratu Adil, antara lain : Juru Selamat (mesianisme), Ratu Adil (millenarianisme), Pribumi (nativisme), Kenabian (Prophetisme), penghidupan kembali (revitalisme) atau menghidupkan kembali (revivalisme), istilah yang digunakan tidak selalu sama, dengan adanya sudut pandang yang berbeda pada gerakan sosial[2]
Dalam agama Islam dikenal Imam Mahdi sebagai Ratu Adil, dalam tradisi Islam munculnya Ratu Adil merupakan bagian penting terutama dalam golongan Syi’ah yang percaya akan bangkitnya Imam ke-12 sebagai Imam Mahdi. Ratu Adil dalam agama Islam sebagai kenabian (Prophetisme)[3] adalah Muhammad yang muncul sebagai seorang Rosul dan menyampaikan risalah agama pada Jaman Jahiliyah (kebodohan), dengan adanya perubahan kondisi masyarakat yang diciptakan nabi Muhammad SAW dari jaman Jahiliyah manjadi masyarakat Madaniyah yang digambarkan sebagai keadaan sejahtera, keadilan terjamin serta kebahagian menjadi tolak ukur kehidupan masyarakat, maka sosok Muhammad merupakan Ratu Adil.
Dalam tradisi Jawa keberadaan Ratu Adil selalu dikaitkan dengan ramalan Pujangga Jayabaya pada abad XI dan merupakan raja kediri. Dalam ramalan Jayabaya ini merupakan ramalan tertua mengenai Ratu Adil. Adapun ramalan yang lain diantaranya ramalan Sabdo Palon pada masa akhir kerajaan Majapahit dan Pujangga Ronggowarsito. Ketiga ramalan mengenai Ratu Adil ini merupakan sudut pandang pribumi (nativisme), yang tidak lepas dari persoalan gerakan keagamaan. Dari ketiga ramalan tersebut semuanya memberikan gambaran urutan kejadian yang terjadi di pulau Jawa dalam beberapa jaman dan pada akhirnya memperoleh kesejahteraan dengan kemunculan Ratu Adil. Kemunculan Ratu Adil dalam tradisi Jawa secara Historis selama 300 tahun terakhir muncul dalam berbagai gerakan keagamaan yang menjawab keadaan[4].
Munculnya Ratu Adil dalam sejarah Indonesia khususnya di Jawa selama ini cukup banyak, namun demikian tidak dapat dibuktikan kemunculan Ratu Adil tersebut. Munculnya Pangeran Diponegoro, HOS Cokro Aminoto dan Ir. Sukarno dalam sejarah Indonesia merupakan bukti rakyat mempercayai tokoh tersebut hadir sebagai sang Ratu Adil sehingga dalam ruang geraknya mendapatkan dukungan yang luar biasa dari rakyat. Hal ini terbukti dari penelitian Sartono Kartodirdjo dan Sindhunata yang memiliki hasil sama bahwa adanya fenomena Ratu Adil ada dalam sejarah Indonesia[5].
Ratu Adil pertama kali lebih sebagai ide dari pada aksi, atau merupakan cita-cita yang memberikan gambaran masa depan mengenai kehidupan manusia pada masa yang akan datang lebih baik dari keadaan yang ada saat ini. Dalam penelitian yang dilakukan Sartono Kartodirdjo maupun Sindhunata memiliki kesamaan dalam hasilnya. Namun pada saat ide itu muncul akhirnya mengilhami sebuah gerakan sebagai aksi yang dilakukan oleh berbagai tokoh mendapat dukungan besar dari pengikutnya, sehingga menjadi aksi sosial yang tidak dapat dibendung lagi. Hal ini terjadi dalam perang Diponegoro melawan Belanda yang hampir-hampir membuat Belanda bangkrut dalam perang tersebut. Demikian halnya dengan perubahan Serikat dagang Islam menjadi Sarekat Islam oleh HOS Cokroaminoto dengan mendapatkan dukungan dari anggotanya yang luar biasa serta pada saat Ir. Sukarno dalam mengobarkan perjuangan kemerdekaan Indonesia pada masa pra kemerdekaan[6].
Fenomena kemunculan Ratu Adil disertai oleh paham dalam merespon keadaan, sehingga pola gerakan yang ada sangat variatif sesuai perkembangan jaman. Paham yang mendasari munculnya Ratu Adil merupakan paham religi atau kepercayaan keagamaan, sebab tanpa adanya paham gerakan tersebut gerakan Ratu Adil sulit untuk terjadi. Fenomena Ratu Adil ada karena rusaknya tatanan sosial-politik, sosial-ekonomi, dan sosial budaya, sebagai factor pemicu utama kemunculan pengharapan Ratu Adil apabila keadaan yang sudah rusak tersebut rakyat mendapat tekanan oleh pihak penguasa, sehingga rakyat menginginkan adanya perubahan yang lebih baik secara revolusioner. Factor yang tidak kalah pentingnya adalah adanya pemimpin kharismatik yang muncul mencoba memberikan jalan keluar kerusakan tatanan sosial-politik, sosial-ekonomi dan sosial-budaya tersebut.
Tata kehidupan yang menindas, tidak adanya perubahan revolusioner yang terus menghimpit kehidupan akan ditolak, bersama dengan sang pemimpin gerakan Ratu Adil ini, mencoba menciptakan sebuah jaman dengan penuh kedamaian, kesejahteraan dan keadilan. Dalam falsafah Jawa diungkapkan dengan pepatah gemah ripah loh jinawi, tata tentrem kerta raharja merupakan sebuah cita-cita dan tujuan akhir dari sebuah gerakan Ratu Adil. Sartono Kartodirdjo menegaskan bahwa gerakan-gerakan Ratu Adil terbagi menjadi tiga kelompok. Pertama, gerakan-gerakan yang berbasis agraris, munculnya gerakan ini akibat ketidakpuasan sosial ekonomi. Kedua, gerakan-gerakan dalam merespon ketidakpuasan kondisi sosial-ekonomi yang dipicu dengan sentimen keagamaan. Ketiga, gerakan-gerakan yang sulit untuk diidentifikasi, terdapat ideology yang mendasari gerakan tersebut yang memiliki sifat millerianisme, mesianisme, nativisme, serta perang suci[7].

Tentang Ramalan Jayabaya

Ramalan jayabaya dapat ditemui lebih dari dua puluh kitab ramalan yang tersebar di tengah masyarakat. Dari banyak jenis ramalan yang ada menurut R. Tanoyo[8] (pakar kejawen) ramalan Jayabaya tertua dan asli adalah kitab “Asrar” karya Sunan Giri Perapen, pada tahun 1540 Saka atau tahun 1618 Masehi. Menurut Umar Hasyim[9] kitab-kitab yang menjadi sumber dari ramalan Jayabaya adalah 1) kitab “Ásrar” karya Sunan Giri Perapen (Sunan Giri ke-3) yang ditulis pada tahun 1540 Saka atau tahun 1028 Hijriyah. 2) kitab “Jangka Jayabaya” yang berjudul kidung, karya Pangeran Wijil I (Pangeran Kadilangu II) pujangga Kraton Kartasura pada masa Paku Buwana II, disusun pada tahun 1666-1668 Saka atau 1741-1743 Masehi.

Dua buah kitab pokok ramalan Jayabaya tersebut sampai saat ini belum ditemukan naskah aslinya. Kedua kitab ramalan Jayabaya ini memberikan inspirasi bagi para pujangga pada abad 17 dan 18 Masehi untuk dapat menciptakan ramalan Jayabaya sesuai dengan imajinasinya. Dengan adanya gubahan para pujangga maka muncul berbagai macam kitab yang menerangkan ramalan Jayabaya. Diantara kitab ramalan Jayabaya antara lain[10]:
  1. “Kitab Musarar” berwujud kidung, karya seorang pujangga Surakarta yang tidak diketahui namanya. Kitab ini disusun tahun 1675 Saka atau tahun 1749 Masehi.
  2. “Kitab Jangka Ratu” berwujud kidung, karya seorang Panembahan di Madura, tidak diketahui tahun penulisannya.
Ramalan Jayabaya yang terdapat dalam kitab Musarar memiliki dua buah isi mengenai ikhtisar pulau Jawa sejak jaman purba hingga jaman kekuasaan raja Sunda Rowang dan Mataram. Kedua berisi tentang ramalan yang merupakan maksud rahasia dari Susuhunan Giri Perapen yang termuat dalam kitab Asrar. Isi yang termuat dalam ramalan kitab Musarar memiliki maksud yang sesungguhnya ditujukan kepada Sultan Agung antara lain[11]:
  1. Memperingatkan langkah Sultan Agung untuk tidak melanjutkan menundukkan Adipati dan Bupati di Jawa Timur, sebab akan menimbulkan kegaduhan yang dahsyat
  2. Membelokkan maksud Sultan Agung agar memerangi musuh yang berasal dari luar Jawa (VOC) karena akan dapat menguasai pulau Jawa. Musuh yang berasal dari luar telah menguasai Sunda Rowang atau Jayakarta.
  3. Dikhawatirkan kekuasaan Sunda Rowang dan Mataram bersatu memutar Cakra negara Jawa yang akhirnya mencelakakan Nusa Bangsa Jawa dengan mendapat jaminan akan kedudukan. Sedangkan Nusa Bangsa Jawa dikorbankan untuk kepentingan sendiri dan penjajah yang angkara murka.
  4. Kekuasaan di Sunda Rowang harus digantikan oleh bangsa sendiri yang dipercayakan kepada teman sebangsa yang dipercaya. Namun jika mampu kelak dikemudian hari ada yang berhasil mengusir musuh dari asing tersebut.
  5. Maksud Sunan Giri Perapen yang terakhir adalah bukan untuk mengharapkan singgasana kerajaan namun mempertahankan kedudukan sebagai Waliullah dan sekaligus sebagai Khalifah untuk seluruh tanah Jawa dan Madura. Sebab sejak jaman Mataram berdiri hanya diakui sebagai hakim biasa, tidak dapat melantik siapapun yang bertahta di Jawa dan Madura.
Dengan berpegang pada kitab “Asrar” karya Sunan Giri Perapen (Abad 16), jangka Jayabaya karya Pangeran Wijil I, dan karya-karya R. Ng. Ranggawarsita, maka ramalan Jayabaya bukan karya Prabu Jayabaya raja Kediri. Mengingat kehidupan Prabu Jayabaya raja Kediri pada abad 11 Masehi. Dr. Abdurrahman (sejarawan dan mantan Bupati Sumenep) menegaskan belum ada bukti yang dapat menyatakan bahwa Jangka Jayabaya merupakan karya Prabu jayabaya raja Kediri[12]. R. Tanoyo menyebutkan ramalan jayabaya merupakan karya Sunan Giri Perapen dan Pangeran Wijil I, bukan karya Prabu jayabaya raja Kediri[13]. Jangka Jayabaya yang tersebar di masyarakat merupakan kisah turun temurun dari nenek moyang dan sudah jauh dari sumbernya. Gubahan para pujangga menyebut ramalan tersebut dengan Jangka Jayabaya agar para pembaca tertarik. Nama “Jayabaya” di jadikan Trade Mark pada karya para pujangga tersebut untuk menarik popularitas dan menarik para pembaca. Sebab Prabu Jayabaya terkenal dan termasyhur di Pulau Jawa sekaligus terkenal sebagai titisan Batara Wisnu.[14]

        
Waktu Kemunculan Ratu Adil Menurut Ramalan Jayabaya
1. Menurut Jangka Jayabaya dan Kitab Musasar
Ratu Adil sang juru selamat dengan Herucakra dalam ramalan Jayabaya merupakan kunci utama yang sangat berpengaruh bagi rakyat. Kedatangan Ratu Adil memiliki kesamaan dengan Imam Mahdi atau Mesias. Kemunculan Ratu Adil selalu dinantikan kehadirannya oleh manusia sebagai jawaban masalah hidup manusia yang melilit. Secara jelas ramalan Jayabaya menerangkan bahwa Jangka jaman terjadi dalam tiga jaman besar (tri kali jaman) dan tujuh jaman kecil (saptama kala jaman). Jangka kaman tersebut menandakan adanya suatu ramalan bagi jaman yang belum terjadi.
Risalah Jayabayamenunjukkan kehadiran Ratu Adil dengan lambang “Tunjung Putih semunetedhak sinumpet” (seorang berhati suci yang masih disembunyikan identitasnya oleh kegaiban Tuhan). Setelah selesai masa pemerintahannya munculjaman Kala bendhu. Jaman Kala Bendhu berlangsung tahun 1700-1800. pada masa ini kerajaan yang ada antara lain Kasultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta. Kasultanan Yogyakarta diperintah oleh Sri Sultan Hamengku Buwono VI (1731). Kasunanan Surakarta diperintah Susuhunan Paku Buwono VII(1705), Susuhunan Paku Buwono VIII (1733), Susuhunan Paku Buwono IX (1744)[15].
Keadaan jaman Kala Bendhu merupakan jaman edan karena banyak orang mengejar kepentingan pribadi. Angkara murka menguasai keadaan. Keadaan jaman susah akan hilang dengan bergantinya jaman menjadi jaman Kala Suba. Jaman Kala Suba merupakan jaman kegembiraan rakyat. Jaman Kala Suba dikenal dengan munculnya Ratu Amisan yang juga disebut Sultan Heru Cakra. Dalam sejarah jaman Kala Suba (1801-1900) dikenal tokoh Pangeran Diponegoro sebagai Ratu Adil yang melawan penjajah Belanda. Pangeran Diponegoro dalam sejarah mempergunakan gelar Sultan Ngabdulkamid Erucakra Kabirul Mukminin Sayidina Panatagama Jawa Khalifat Rasulullah yang berarti Sultan Ngabdulkamid Erucakra = Ratu Adil, Kabirul Mukminin = orang pertama darinoprang-orang yang yakin, Sayidina = pemuka agama, Panatagama Jawa = Pemimpin Agamadi tanah Jawa, Khalifat Rasulullah = Khalifah Rasul Allah[16]
Perang Diponegoro selama tahun 1825-1830 mengobarkan semangat rakyatdengan simbol-simbol Ratu Adil dari gerakannya. Perang dengan dukungan yang luar biasa tersebut mengakibatkan Belanda mengalami kebangkrutan[17]. Namun demikian akhirnya kekalahan Perang Diponegoro membuat rakyat tidak gembira dalam jamankegembiraan karena penjajahan tetap berlangsung.
Peristiwa gerakan Ratu Adil dalam jaman Kala Suba terjadi di Klaten dengan peristiwa Mangkuwijaya pada tanggal 8 juli 1865. gerakan ini mengalami kegagalan sebelum melancarkan aksinya. Gerakan yang dilakukan oleh Mangkuwijoyo diilhami dari tulisan-tulisan yang berisi ramalan Jayabaya. Pengikut gerakan Mangkuwijoyo percaya bahwa orang asing akan dibinasakan serta Surakarta dan Yogyakarta dihancurkan. Gerakan tersebut telah direncanakan empat tahun sehingga telah meluas sampai daerah Tegal dan Pekalongan. Berbagai piagam yang disebar memberikan janji bahwa bagi para pemegangnya akan mendapatkan pangkat tertentu. Seperti Jagupla yang dikabarkan akan menjadi patih dan R.M. Mohammad dianggap sebagai Ratu Adil atau Erucakra[18].
Peristiwa Srikaton (1888 M) setelah terjadi di Cilegon dilanjutkan dengan daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Gerakan Srikaton bertujuan merobohkan pemerintahan dan mendirikan negara Islam. Gerakan ini dipimpin oleh Imam Rejo dengan menyerbu Srikaton (pesanggrahan Sri Mangku Negara). Dari pesanggrahan Sri Mangku Negara tersebut dimulai pemberontakan dengan tujuan penyucian agama. Gerakan Srikaton dilanjutkan menuju Ngawi untuk mendirikan negara Islam. Gerakan ini dipatahkan Sri Mangku Negara dengan satu pasukan kavaleri, dalam peperangan tersebut Imam Rejo tertembak mati dan gerakan Srikaton tidak ada kelanjutannya.[19]
Dari ketiga gerakan Ratu Adil ini tidak memunculkan Ratu Adil pada jaman Kala Suba yang berlangsung pada tahun 1800-1900. Kemunculan Ratu Adil masih diharapkan pada jaman berikutnya yaitu: jaman Kala Sumbaga atau Jaman Kala Surasa.

2. Ramalan menurut Jangka Jayabaya versi Sabdo Palon
Prediksi kemunculan Ratu Adil pada jaman Kala Sumbaga merupakan pengharapan pasca jaman Kala Suba yang belum melahirkan Ratu Adil. Kemunculan Ratu Adil menurut jangka Jaya baya versi Sabdo Palon adalah lima abad sesudah runtuhnya kerajaan Majapahit (1478)yang berarti 1978. Ungkapan tahun 1978 sebagai tahun kemunculan Ratu Adil merupakan tahun potensi, sehingga masih berupa kemungkinan.[20]Mengingat tahun 1978 sudah berlalu dan menjelang Kala Surasa Indonesia justru mengalami krisis multidimensional maka tahun 1978 tersebut bukan merupakan kemunculan Ratu Adil.
Waktu kemunculan Ratu Adil berkisar lima ratus tahun sesudah keruntuhan Majapahit, diterangkan Sunan Kalijaga dalam pupuh Kinanthi Serat Lambang Praja karya Mangunwijoyo menyatakan kehadiran Ratu Adil adalah lima ratus tahun semenjak kerajaan Demak.

Ratu Adil kaping telu; Dereng kalampahan mangkin; Taksih kirang gangsal jaman; Tetepira angindaki; Saking pangandika nata; Nanging jaman wuri-wuri; Ilang kaelokanipun; Karana Sagunging jamni; Amung mbujeng kalahiran; Tan wonten nedya martapi; Ngegungakun suka-suka; Nengeaken Sangga-runggi

                                                            (Mangunwijoyo, Serat Lambang Praja)

Artinya :
Kurang lebih masa datangnya RATU Adil itu, masih kurang lima jaman, sejak dinasti Demak. Hanya pada jaman itu daya tarik ke-Ratu Adilan tertutup oleh aspek kelahiran, tanpa ingat akan “lautan” daya tenaga dalam tenaga; orang lebih memilih bersenang-senang dahulu, sambil mecari kesalahan pihak lain.[21]

Pupuh Kinanti Serat Lambang Praja karya Mangunwijoyo ini menduung kemunculan Ratu Adil setelah lima abad keruntuhan kerajaan Majapahit karena kerajaan Demak merupakan kerajaan pengganti kerajaan Majapahit. Pada zaman Kala Sumbaga (1901-2000) kehadiran Ratu Adil ditegaskan sebagai proses kemerdekaan Indonesia yang menjadikan jembatan emas menuju keadaan damai dan makmur. Keadaan jaman Kala Sumbaga digambarkan sebagai negara yang terkenal kepenjuru dunia dengan penuh kebaikan.
Gerakan Ratu Adil yang muncul pada peristiwa Tambakmerang di Wonogiri (1935) yang dipimpin Kyai Wirasanjaya. Gerakanyang dilakukan dengan membentuk model kerajaan dari keraton Solo.[22] Para murid Kyai Wirasanjaya diajarkan kenduri dan puji-pujian yang dirahasiakan. Gerakan Kyai Wirasanjaya menegaskan bahwa akan terjadi bencana banjir bandang sebelum datangnya jaman makmur. Orang akan dapat selamat bila belajar kepada Kyai Wirasanjaya. Gerakan Tambakmerang berakhir setelah Kyai Wirasanjaya ditahan oleh aparat pemerintah. Kerajaan Ratu Adil diseluruhnya menyatakan bertempat di Ketangga (hutan yang berada di sebelah utara Madiun), pada tempat tersebut dimaksudkan sebagai kunjungan Sumasari (seorang pengagung dari Malangyuda dan Imam Reja), pemimpin gerakan Srikaton. Krumasegia mengaku sebagai Ratu Adil dari Srandakan Bantul Yogyakarta, berkhotbah bahwa kwrajaannya berasal dari Ketangga[23].
Peristiwa gerakan Ratu Adil ada dan mengakar sesuai dengan pledoi yang disampaikan Ir. Sukarno dalam persidangan pengadilan negeri Bandung tahun 1930 M. Ir Sukarno menyatakan :
Haraplah fikirkan tuan-tuan Hakim, apakah sebabnya rakyat senantiasa percaya dan menunggu-nunggu datangnya “Ratu Adil”, apakah sebabnya sabda Prabu Jayabaya sampai hari ini masih terus menyalakan harapan rakyat. Apakah sebabnya seringkali kita mendengar bahwa di desa ini atau di desa itu telah muncul seorang “Imam Mahdi” atau “Heru Cakra” atau turunan seorang Wali Sanga. Tak lain tak bukanlah oleh karena hati rakyat yang menangis itu, tak berhenti-hentinya, yak habis-habisnya menunggu-nunggu atau mengharap-harapkan datangnya pertolongan, sebagaimana orang yang berada dalam kegelapan tak hentihentinya pula saban jam, saban menit, saban detik, menunggu-nunggu dan mengharap-harapkan : kapan, kapankah matahari terbit.”[24]

Pengharapan munculnya Ratu Adil pada jaman Kala Sumbaga tidak hanya suatu gerakan Mesianistis. Dalam ramalan R. Ng. Ranggawarsita menyebutkan kelahiran ratu adil adalah tahun 1877 Jawa bertepatan dengan tahun 1945 Masehi. Tahun 1945 merupakan kemunculan Ratu Amisan yang diungkapkan dalam jangka Jayabaya. Ramalan dalam kitab Joko Lodhang ini dipersonifikasikan dalam sosok Ir. Sukarno sebagai plokamator yang memimpin kemerdekaan Indonesia dari cengkraman penjajah Dalam perjalanan sejarah akhirnya Ir. Sukarno dipaksa turun dari kursi presiden pada tahun 1966 dan akan harum kembali namanya pada masa reformasi.
   Dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia Sarekat Islam berkembang menjadi gerakan Ratu Adil terbesar di pulau Jawa. Namun HOS Cokroaminoto yang dihubungkan dengan Herucakra (Erucokro) dalam kitab Jayabaya menunjukkan keraguan dan menyatakan Ratu Adil yang dinantikan bukan berwujud manusia tetapi berwujud ide sosialisme. Dengan pernyataan HOS Cokroaminoto tersebut kehilangan arti mistiknya, selanjutnya Sarekat Islam digemakan dalam kemerdekaan Indonesia sebagai partai politik
Pengharapan kedatangan Ratu Adil pada jaman Kala Sumbaga belum dapat tercapai . Ir. Sukarno sebagai orang yang memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia mampu membuat terkenal sampai penjuru dunia namun keadaan rakyat pada masa pemerintahannya masih banyak yang kurang memperoleh kesejahteraan. Dengan belum adanya kesejahteraan maka Ratu Adil belum dapat dinyatakan telah hadir di muka bumi. Ramalan yang menegaskan lima abad setelah kerajaan Majapahit runtuh tidak terbukti. Pengharapan kemunculan Ratu Adil pada jaman Kala Surasa yang merupakan jaman terakhir dari Tri Kali Jaman dan Saptama Kala sebelum datangnya kiamat.

1 komentar:

BUAT ANDA INGIN MERASAKAN KEMENANGAN DI DALAM BERMAIN TOGEL SILAHKAN MENGHUBUNGI KI ANGEN RUSMAN DI NMR ( 082 334 222 676) JIKA INGIN MENGUBAH NASIB KAMI SUDAH 10 X TERBUKTI TRIM’S ROO,MX SOBAT


BUAT ANDA INGIN MERASAKAN KEMENANGAN DI DALAM BERMAIN TOGEL SILAHKAN MENGHUBUNGI KI ANGEN RUSMAN DI NMR ( 082 334 222 676) JIKA INGIN MENGUBAH NASIB KAMI SUDAH 10 X TERBUKTI TRIM’S ROO,MX SOBAT


BUAT ANDA INGIN MERASAKAN KEMENANGAN DI DALAM BERMAIN TOGEL SILAHKAN MENGHUBUNGI KI ANGEN RUSMAN DI NMR ( 082 334 222 676) JIKA INGIN MENGUBAH NASIB KAMI SUDAH 10 X TERBUKTI TRIM’S ROO,MX SOBAT

Posting Komentar

About this blog

Blog-blog Terkait

Arsip

Diberdayakan oleh Blogger.

Pojok Blog

widget

Followers

widget

Pengunjung

Free Website templateswww.seodesign.usFree Flash TemplatesRiad In FezFree joomla templatesAgence Web MarocMusic Videos OnlineFree Wordpress Themes Templatesfreethemes4all.comFree Blog TemplatesLast NewsFree CMS TemplatesFree CSS TemplatesSoccer Videos OnlineFree Wordpress ThemesFree Web Templates